Nonton Kapal Kandas

Kapal di atas tidak sedang sandar di pelabuhan. Kapal nahas itu  kandas di Pantai Melasti,  Pekon Marang, Kecamatan Pesisir Selatan, Lampung Barat.

Tanker berbendera  Panama dengan nama lambung “Fullking” sudah lebih dari dua bulan teronggok di pantai tersebut.  Kehadirannya menjadi  tontonan gratis  para pengunjung  yang  berwisata  ke Pantai Melasti.

14 awak kapal  yang berasal dari Cina masih setia menunggui  kapalnya.  Radar Lampung melaporkan,  Kantor Imigrasi  Klas I Bandar Lampung  terus mengawasi  ke-14 awak kapal tersebut  agar  tidak ada  yang menyusup  ke Provinsi  Lampung sehingga menjadi imigran gelap.

Akankah kapal tersebut bisa melaut kembali?

First Lady bagi Presiden Duda

Kalau seorang suami  menjadi  presiden, maka  istrinya menjadi  first lady. Kalau  yang jadi  presiden seorang duda,  siapa first lady-nya?

Pertanyaan  itu terlontar di benak saya setelah membaca berita  pelantikan Asif Ali Zardari menjadi Presiden Pakistan ke-14, sebagaimana yang dimuat  di satu situs berita, Selasa (9/9).

Zardari adalah duda Benazir Bhuto, mantan Perdana Menteri Pakistan. Dia  menjadi  presiden menggantikan Jenderal  Pervez Musharraf.

Seandainya  Benazir masih hidup, tentu dia yang menjadi first lady. Atau bila Benazir yang menjadi  presiden, maka Zardari yang   menjadi first gentleman. 

Tanpa seorang istri,  siapa  yang  akan dipilih  Zardari sebagai first lady? Salah seorang putrinya? Istri wakil presiden? Atau mencari istri baru?

Seorang Bayi Bernuansa Delapan

Ini bayi paling ngetop yang lahir  bulan ini,  bahkan mungkin untuk tahun ini.  Namanya Almira  Tunggadewi Yudhoyono,   panggilannya Aira,   putri pasangan Kapten (Inf) Agus Harimurti  dan  Annisa Pohan. 

Dalam bahasa Arab,  Almira artinya   putri yang  mulia. Tunggadewi   diambil dari nama seorang Ratu  Majapahit. Tribuana Tunggadewi. Sedangkan  Yudhoyono  diambil dari nama eyang  bayi tersebut, Presiden  RI,  Susilo Bambang  Yudhoyono.  

“Diharapkan,  Aira memiliki karakter yang mulia,”  kata  Agus Harimurti, seperti dikutip  Kompas, Selasa (19/8).

Kelahiran  bayi ini  terbilang istimewa.  Dia lahir  pada ulang tahun kemerdekaan  RI ke-63, dan ditunggui oleh orang nomor satu di republik ini.

Nuansa  delapan mengiringi kelahirannya.  Lahir pada  bulan delapan, tahun 2008,  minggu ke-38, panjang 48 cm, dan berat 2,8 kg. 

Tanggal lahirnya, 17-8-2008, bila dijumlahkan menjadi 2033. Angka  2033 ini  juga jumlahnya 8 (2+0+3+3=8).

Mereka yang percaya  pada numerologi menilai  bahwa  delapan  adalah angka keberuntungan bayi ini kelak. Bagi yang tak percaya,  akan menganggapnya hanya  sebagai kebetulan belaka.

Namanya juga utak-atik angka. Terkesan  serba kebetulan, tapi faktanya  banyak berhubungan dengan angka delapan. Wallahua’lam.

Selamat  kepada  pasangan Agus Harimurti-Annisa Pohan,  Pak SBY, dan Ibu Ani  Yudhoyono.  Semoga Aira menjadi  putri yang salehah, yang selalu berbakti pada orang tua, agama, dan negara.

Dari Aceh Dilepas di Lampung Barat

Sejak  kecil saya  sudah sering ke Lampung  Barat. Kebetulan pula orang tua berasal dari Pesisir Tengah Krui. Terakhir  saya ke sana  Januari lalu.   Namun belum sekali pun saya  ke  kawasan Pesisir  Selatan, dimana  terdapat  Tambling  Wildlife  Nature  Conservation  (TWNC).

Kawasan konservasi itu saat ini tengah jadi buah bibir  karena  menjadi tempat  pelepasliaran dua harimau sumatera  yang berasal dari Aceh Selatan.  Rencananya, pelepasliaran itu  akan dilaksanakan Selasa (22/7),  dan akan disaksikan  Menteri Kehutanan MS Kaban.

Seperti dilaporkan  Media Indonesia,  Senin (21/7),  jumlah harimau yang  dikonservasi   sebanyak lima ekor.  Satwa langka itu  dirawat  di  Rescue  Center TWNC sejak  27 Juni 2007.

Pelepasliaran itu, tulis Media Indonesia, merupakan yang  pertama di dunia.    Sebelumnya, pelepasliaran    harimau di dunia terjadi di SIberia, namun gagal.   Dua anak   harimau yang  dilepaskan  di  Siberia  pada delapan bulan berikutnya  ditemukan tak bernyawa.

Menurut  Tony Sumampauw,  Direktur Taman Safari Indonesia,   metode pelepasliaran   dua harimau sumatera   yang bernama Pangeran dan Agam   cukup sistematis  dan bisa menjadi model.

Bila  pelepasliaran itu berhasil, bisa  menjadi  contoh konservasi harimau   di dunia internasional.  Berbagai  negara dan lembaga  konservasi   akan  meniru keberhasilan Indonesia, dan nama Lampung Barat, khususnya  TWNC, akan semakin dikenal dunia.

Semoga pelepasliaran itu berlangsung sukses,  dan harimau sumatera  asal Aceh tersebut bisa berkembang biak di  Lampung Barat.

Teladan M. Natsir

Bulan ini  nama Muhammad Natsir  menjadi buah bibir di mana-mana. Itu semua berkaitan dengan peringatan  100 tahun  mantan Perdana Menteri dan Menteri Penerangan tersebut. Diskusi  dan seminar  diselenggarakan untuk mengenang politisi muslim yang cerdas dan santun dalam  berpolitik itu. Bahkan sebuah majalah berita  membuat laporan  khusus “100 Tahun M. Natsir”.

Selasa (15/7), Mahkamah Konstitusi   menyelenggarakan sebuah diskusi bertema “Kedudukan M. Natsir  dalam Sejarah NKRI”. Dalam sambutannya,    Wakil Presiden Jusuf Kalla  menilai sosok  Natsir  sebagai  figur langka  yang  sederhana,  cerdas, santun, dan mampu menjaga silaturrahmi  dengan kawan maupun lawan politik. Hal yang terakhir itu  yang sulit ditiru  para politisi saat ini.

Di masa jayanya, Natsir  biasa  berdebat   sengit  dengan lawan-lawan politiknya, entah itu dari kalangan   nasionalis, sosialis, maupun komunis. Tapi, usai berdebat, mereka kembali akrab,  ngopi bareng,    dan  melupakan perdebatan panas di ruang rapat. 

Jadi, perbedaan prinsip dan pandangan politik tidak sampai  memutuskan silaturrahmi. Inilah teladan seorang Natsir yang sulit ditiru  politisi  sekarang. Bahkan Jusuf Kalla  menyayangkan para mantan presiden yang tidak mau   meneladani  Natsir.

Menurut  dia, Indonesia punya  enam presiden yang tidak saling sapa.  Saat naik ke tampuk kekuasaan, Soeharto  tak menyapa   Soekarno.  Setelah lengser, dia juga tak menyapa BJ Habibie. Hal yang sama juga terjadi antara Habibie dan Gus Dur,  Gus Dur dengan Megawati, dan Megawati dengan SBY.

Entahlah, mungkin bagi mereka  sosok Natsir tak terlalu penting untuk  dikenang, apalagi diteladani. Atau memang mereka  punya gengsi    dan   ego yang terlalu tinggi, sehingga merasa  gengsinya jatuh bila  membuka komunikasi dengan penggantinya?

Semoga SBY dan presiden-presiden berikutnya  tidak lagi  terjebak  dalam kebuntuan komunikasi dengan para penggantinya!

“Sang Legenda” Telah Tiada

Sebuah sms  membuat  saya  sadar kalau Mak Erot, “legenda”   dunia vitalitas pria, telah tiada.  Si pengirim sms menulis  pesan singkat berikut. “Wasiat terakhir alm Mak Erot:  semuanya bisa  dibesarin tapi jangan jari  kelingking. Nanti   kita nggak bisa  ngupil.” 

Sms tersebut hanya bercanda karena  pengirimnya bukan ahli waris Mak Erot. Jadi jelas dia  tidak tahu apa pesan/wasiat terakhir  wanita sepuh  asal Sukabumi tersebut.

Informasi  lebih lengkap  saya dapat setelah membaca  Pilkiran Rakyat, Jumat (11/7). Wanita  yang nama lengkapnya Hj. Erot binti Aki  Muntasa itu  berpulang ke rakhmatullah pada 28 Juni  pukul 1.12 WIB  di kediamannya  di  Kampung  Cigadog RT 02/RW 07,  Desa  Caringin,  Kecamatan  Cisolok,  Kabupaten Sukabumi.

Informasi  meninggalnya Mak Erot, tulis Pikiran Rakyat,  sudah agak lama  terdengar oleh masyarakat, termasuk para wartawan,  khususnya di  Palabuhanratu.  Namun informasi  tersebut sengaja  ditutup-tutupi   oleh anak  dan cucu almarhumah, terutama  kepada wartawan.

Diduga,  hal itu dilakukan karena   dinilai bisa   mengganggu  kelangsungan   usaha pengobatan  alat vital,  yang sudah bertahun-tahun digeluti  oleh  keluarga besar Mak Erot di  Kampung Cigadog.

Namun hal itu dibantah  H. Solihin, salah seorang cucu Mak Erot. “Sebetulnya kita   sangat terbuka  kepada tamu, termasuk  wartawan. Hanya saja memang kita sengaja tidak   memberitahukan   meninggalnya emak  kepada pihak luar, termasuk kepada pers. Kita cukup  melakukan tahlilan  dalam lingkup keluarga saja,” kata Solihin.

Mak Erot, Solihin menambahkan, semasa hidupnya     tidak meninggalkan  surat  wasiat maupun benda  pusaka kepada anak  dan cucunya. Ilmu  dan keahliannya   sudah diturunkan  kepada anak dan cucunya ketika  masih hidup.

“Peninggalan emak itu, masjid dan pondok pesantren,” ucapnya. Masjid  dan pesantren yang dia maksud adalah   Masjid Jami Ar-Roqibah  dan Pondok Pesantren  Riyadhul  Muta’alimin, yang dibangun  almarhumah semasa hidupnya.

Solihin menjamin kemurnian ilmu  Mak Erot meski  yang bersangkutan telah tiada. “Ilmunya   tetap melekat  kepada anak dan cucunya sehingga masih bisa  dijaga kemurniannya. Akan tetapi, seandainya  ada yang merasa  ragu, lebih baik datang  langsung ke sini (Cigadog), atau ke tempat praktek  emak yang di luar Sukabumi,”  tuturnya.

Jadi, yang mau  “reparasi onderdil” nggak perlu khawatir. Ilmu Mak Erot tetap terjaga kemurniannya!

Dua Generasi Pimpin Korps Baret Merah

Februari 2002.  Saat itu Jakarta  hampir  tenggelam dilanda  banjir.  Presiden  Megawati Soekarnoputri  meninjau  beberapa lokasi banjir   dengan didampingi  para  menteri  dan pejabat terkait. 

Dengan mengenakan sepatu boot,   Mega  naik truk  bak terbuka. Truk melaju  dengan mantap menerjang  genangan air.  Di samping sebelah kiri,  seorang  pria  mengenakan  seragam TNI Angkatan Darat,  dan memakai   baret merah, bergelantungan dengan gagah.  Sorot matanya tajam,  penuh percaya diri. 

Di pundak pria tersebut tersemat  tiga melati. Dia adalah Kolonel TNI Pramono  Edhie Wibowo. Saat itu  Pramono bertugas sebagai  ajudan Presiden Megawati.

Setelah Mega lengser pada 2004,     posisi  ajudan presiden juga  diganti.  Pramono  kembali ke  Korps  Baret Merah sebagai  Wakil  Komandan Kopassus.  Pangkatnya pun naik  menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen).  

Saat terjadi rotasi perwira tinggi beberapa tahun kemudian,   dia dipromosikan  menjadi Kasdam IV Diponegoro.

Karier Pramono nampaknya  tak bisa  jauh dari Korps Baret  Merah.  Hari ini, Selasa (1/7), ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono  ini  dilantik sebagai  Komandan Kopassus, menggantikan Mayjen TNI Soenarko, yang  akan menjabat Pangdam Iskandar Muda. 

Prestasi  Pramono menyamai  ayahnya, Letjen TNI  Sarwo Edhie Wibowo. Pada dekade 60-an, Sarwo dipercaya memimpin Korps Baret Merah, yang saat itu bernama  Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Sarwo  Edhie    meninggalkan nama harum di Korps Baret Merah  karena di jamannya  RPKAD  turut berperan menumpas  Gerakan 30 September.

Ini sebuah  kebanggaan  tersendiri bagi keluarga  Sarwo Edhie.  Dua generasi dipercaya negara memimpin  pasukan elit TNI Angkatan Darat.  Sementara  menantunya,  Susilo Bambang Yudhoyono, dipilih rakyat  sebagai  Presiden RI.

Akankah  karier  Pramono  terus meroket hingga menjadi KSAD dan Panglima TNI?    

Andai Syamsir Siregar jadi Presiden

Dari namanya  saja sudah terlihat kalau Syamsir Siregar bukan orang Jawa. Tapi kalau Kepala Badan Intelijen  Negara (BIN) itu sampai  menyebut “sontoloyo”, pasti  dia sudah jengkel  banget.

Makian khas Jawa itu dia lontarkan saat  mengomentari  perilaku  menteri  yang partainya  menolak kebijakan pemerintah menaikkan  harga bahan bakar minyak (BBM). 

Menurut Syamsir,  dalam rapat kabinet menteri tersebut   setuju kenaikan harga BBM. Tapi di DPR  dia bicara sebaliknya.

“Itu kan  enggak benar. Kalau rapat kabinet  sudah  putus, kok di luar ngomongnya   lain. Sontoloyo!” katanya, seperti dikutip  Media Indonesia, Jumat (27/6). Namun dia menolak menyebutkan nama menteri bersangkutan dan partainya.

Tindak-tanduk menteri tersebut, kata Syamsir,   sudah  diketahui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

“Untung bukan aku presidennya. Kalau aku  presidennya,  sudah ku-ciao,” ucapnya sambil mengibaskan tangan.

Dari kata-katanya terlihat  kalau  purnawirawan jenderal berbintang dua ini  sudah benar-benar jengkel dengan perilaku menteri yang “bermuka dua”.

“Sudah ku-ciao“,  bisa diartikan  dia  akan memecat  menteri bersangkutan. Sayangnya, dia tidak punya wewenang untuk melakukan hal tersebut.

Mesti jadi presiden dulu, Pak Syamsir, baru bisa mecat menteri! 

 

Pria Berpistol Itu Seorang Polisi

Teka-teki  siapa pria berpistol yang diduga menjadi   provokator insiden Monas, 1 Juni lalu,  terjawab sudah. Pria tersebut bernama Iskandar Saleh, seorang  polisi berpangkat Brigadir Kepala (Bripka), yang bertugas di Satuan Lalu-lintas Polres Tangerang.

Iskandar  ditangkap  petugas P3D atau Provos Polres Tangerang di kediamannya   di Tangerang, Senin (23/6). Sebelumnya, dia  telah ditetapkan   masuk daftar pencarian orang (DPO) sejak 9 Juni lalu.

“Sekarang  dia  masih diperiksa  di Provos Polda Metro Jaya,” kata   Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol  Iskandar Abubakar,  seperti dikutip  Rakyat Merdeka,  Rabu (25/6).

Menurut  Abubakar,  Iskandar  berada  di Monas untuk mengantar mertua, istri,  dan anaknya   yang diundang Ahmadiyah menghadiri  apel akbar yang diselenggarakan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).

Apakah  Iskandar anggota Ahmadiyah?
 

“Itu  masih   kita teliti. Masih dalam pemeriksaaan provos,” kata  Abubakar.

Apakah  polisi yang menangkap Iskandar akan mendapat  Rp 150 juta, sebagaimana yang dijanjikan Forum Betawi Rempug (FBR)?

Ketua Umum FBR  Fadholi El Muhir menyatakan,  pihaknya  akan memberikan hadiah yang dijanjikan kepada  polisi yang  telah menangkap Iskandar.

“Namun kalau   lelaki itu (Iskandar) menyerahkan   diri, uangnya  kami akan sumbangkan  untuk anak yatim dan fakir miskin,” kata Fadholi.

Dengan tertangkapnya  Iskandar diharapkan misteri seputar  insiden Monas  akan terkuak.  Sebab selama ini  pihak Front Pembela Islam (FPI)   menyatakan aksi kekerasan itu terjadi karena adanya provokasi berupa  orasi  yang menghina Laskar Islam, dan  tindakan  seorang pria berpistol yang mengacung-acungkan pistolnya.

Kini pria berpistol itu telah ditangkap.  Yang belum terungkap adalah   orator yang dianggap FPI  telah melontarkan kata-kata hinaan tersebut. Siapa  orangnya? Kita  percayakan pada polisi untuk mengusutnya.

Calon Gubernur Kesandung PRT

Berita Kompas.com, Rabu (18/6),  tentang calon gubernur (cagub) Lampung yang dilaporkan  ke Poltabes Bandar Lampung karena  memperkosa  seorang pembantu rumah  tangga (PRT), bikin saya penasaran. 

Berita tersebut tidak menyebut inisial si cagub. Tapi disebutkan kalau yang bersangkutan  mantan bupati, dan tempat kejadian perkara di  rumahnya yang terletak di Jalan Ridwan Rais, Bandar Lampung.

Supaya tidak tambah penasaran, saya sms Toyib, kerabat yang ada di Bandar Lampung. “Siapa mantan bupati cagub Lpg yang tinggal di Jl Ridwan Rais?”  

Tak lama kemudian datang sms balasan.  Isinya   menyebutkan  nama  seorang mantan bupati yang cukup populer di Lampung.  Latar belakangnya  pengusaha dan suka  tarik suara.

Toyib menanggapi berita tersebut dengan santai. “Biasa, tegangan tinggi. Selama ini kan terkenal suka jamu ABG,” katanya  menambahkan.

Saya cuma bisa istighfar dan geleng-geleng  kepala baca sms itu.  Belum jadi gubernur isunya sudah  bikin heboh.  Tapi politikus Indonesia terkenal pantang mundur.  Saya yakin,  cagub satu ini  bakal maju terus. Bukankah “Isu pasti berlalu”?