Bisik-Bisik “Parkir” Sebulan

Anda yang menggemari kuis dinihari seperti Bisik-Bisik di TPI harus   bersabar sejenak. Pasalnya,    acara tersebut berhenti tayang sekitar sebulan mulai  Minggu (1/6).  “Diparkirnya”    kuis dinihari tersebut  berkaitan dengan akan dimulainya   Piala Eropa 2008 mulai 7 Juni nanti.

  Di Indonesia, hak siar Euro 2008 dipegang oleh Media Nusantara Citra (MNC), yang menaungi TPI, RCTI, dan Global TV.

Dalam episode  Sabtu (31/5), presenter Bisik-Bisik, Sarah,  sudah  mohon pamit kepada para pemirsa. “Mulai besok (Minggu, 1/6), kita  istirahat dulu sebulan karena mau nonton bola,” kata    wanita bertubuh montok tersebut.

Pada episode  terakhir sebelum “parkir” sejenak itu,   Bisik-Bisik menawarkan  empat hadiah, terdiri dari 3 hp dan 1 sepeda motor,  kepada pemirsa  yang  bisa menjawab pertanyaan.     Karena  keburu tidur, saya tak sempat menyaksikan siapa pemirsa yang beruntung mendapat  sepeda motor tersebut.

 

Setengah Triliun buat “BLT” Mahasiswa Miskin

Sejak pertama kali  diberitakan, rencana pemerintah  memberi Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM), yang  kerap dianggap  sebagai “BLT” (Bantuan Langsung Tunai) untuk mahasiswa miskin,  menimbulkan pro-kontra.

Para aktivis  menyatakan  menolak “BLT” tersebut karena dianggap  sebagai upaya    pemerintah   membungkam  protes mahasiswa   atas kenaikan harga BBM.

Sementara para pejabat membantah habis-habisan tudingan tersebut.   Dalam satu  program berita di tv swasta,   Mendiknas Bambang Sudibyo  menyatakan BKM itu  untuk menekan angka drop out (DO).  Sedangkan pejabat lainnya  ada yang menyatakan BKM sama seperti beasiswa, dan tidak ada hubungannya dengan pembungkaman gerakan mahasiswa.

Selama berhari-hari  media terus memberitakan   pro-kontra  tersebut.   Tak ada informasi  tentang jumlah dan sumber dananya,  serta siapa saja   yang berhak menerima “BLT” tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut  kini  terjawab  sudah. Kompas, Sabtu (31/5),  mewartakan   soal dana tersebut berikut calon penerimanya. Disebutkan bahwa   pemerintah dalam APBN  2008   menyediakan  dana Rp 501,7 miliar   untuk program itu.  Rencananya, jumlah dana akan ditambah menjadi  Rp 675,2 miliar pada 2009.

Yang akan mendapat “BLT” adalah mahasiswa miskin  yang kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi agama.  Mahasiswa perguruan tinggi swasta (PTS)  tak masuk dalam program tersebut.

“Dalam APBN 2008 sudah dialokasikan. Jadi bukan program  dadakan,  bukan untuk menyogok demonstrasi.   Memang sudah  dialokasikan,” kata  Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta.

Paskah menjelaskan, dana  sebesar Rp 501,7 miliar akan diberikan kepada 165.100 mahasiswa miskin  di PTN (Rp 443 miliar) dan 48.900  mahasiswa  miskin di perguruan tinggi agama (Rp 58,7 miliar). 

Meski sudah ada kejelasan mengenai jumlah dan sumber dananya, namun  informasi itu  masih belum “memuaskan” karena menyisakan  beberapa pertanyaan.  Antara lain,  kenapa  mahasiswa PTS   tidak dilibatkan? Bukankah mahasiswa miskin  ada juga yang kuliah  di PTS? Pemerintah perlu menjelaskan hal ini dengan sebaik-baiknya guna menghindari kesan pilih kasih. 

Pertanyaan lain yang lebih penting,  kapan pemerintah bisa melaksanakan amanat konstitusi  untuk mengalokasikan   20% dana APBN untuk pendidikan?  

Wadah Tunggal Advokat

Di  masa orde baru (orba), stabilitas  politik  adalah  panglima.  Betapa pentingnya stabilitas politik bagi rezim orba  bisa dilihat  dari  trilogi pembangunan, yang menempatkan stabilitas politik pada urutan pertama.

Agar politik stabil,  segalanya  harus  terkontrol  dan berada di bawah  pengawasan rezim.   Untuk memudahkan pengawasan,  dilakukanlah  berbagai penyeragaman.  Mulai dari asas ormas  dan parpol, hingga  pembentukan organisasi profesi, semua  dibuat tunggal. 

Organisasi apa saja  harus mencantumkan  Pancasila sebagai asas. Pilihannya hanya dua:  terima asas tunggal, atau bubar!

Berbagai profesi dikumpulkan dalam satu wadah.  Petani  disatukan di HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), nelayan di HNSI (Himpunan Nelayasan Seluruh  Indonsia), guru di PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), buruh  di  SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia), ulama di MUI (Majelis Ulama Indonesia),  pemuda di KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia), dan sebagainya. 

Semuanya  berlangsung tertib, aman, dan terkendali. Setelah   rezim  orba tumbang,  organisasi-organisasi tersebut  masih tetap eksis, meski  ada pula  beberapa organisasi tandingan  didirikan.  

SPSI, misalnya,  tetap  eksis.   Namun  buruh yang tak mau bergabung ke organisasi tersebut mendirikan organisasi baru, seperti SBSI (Serikat Buruh Sejahtera Indonesia),  PPMI (Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia), dan Gaspermindo.  

Bila berbagai organisasi profesi  bersatu – atau  disatukan  –  di masa orba,  lain halnya dengan organisasi  para advokat. Mereka justru  membentuk wadah tunggal bernama Perhimpunan  Advokat Indonesia (Peradi)   setelah terjadi pergantian rezim. 

Pada 21 Desember 2004, wadah tunggal itu didirikan  oleh para advokat yang tergabung dalam  Ikatan  Advokat Indonesia (Ikadin), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI),  Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI).  

Advokat senior Adnan Buyung Nasution menilai proses pembentukan Peradi  tidak sah.  “Hanya beberapa orang yang berkumpul dan mengatasnamakan  advokat Indonesia  mendirikan Peradi.  Anggaran dasarnya dibuat  belakangan,   anggaran rumah  tangga saja tidak ada.  Ini semua harus dikoreksi,” katanya, seperti dikutip Media Indonesia, Jumat (30/5).

Seruan  Buyung untuk melakukan koreksi tersebut mendapat dukungan dari para  advokat lainnya.  Empat organisasi pendiri Peradi, yakni  Ikadin, IPHI, HAPI, dan  APSI,  menyepakati untuk menyelenggarakan Kongres Advokat Indonesia (KAI).

Kongres yang dilaksanakan  Jumat dan Sabtu (30-31 Mei)  di Balai Sudirman, Jakarta,   itu  merupakan  upaya perlawanan    terhadap wadah tunggal  advokat.

Penyelenggaraan  KAI  memancing reaksi  pimpinan Peradi.   Ketua Umum Peradi Otto Hasibuan   sangat menyayangkan   adanya rencana  sekelompok advokat  yang menyelenggarakan KAI.

“KAI  adalah   tidak sah karena bertentangan dengan UU Advokat, merugikan   dan menafikan   eksistensi 19.000 advokat anggota Peradi, termasuk sekitar 1.500  advokat  baru yang diangkat tahun 2007,” dia menjelaskan, sebagaimana dilaporkan Rakyat Merdeka, Jumat (30/5).

Otto  menyatakan protes keras  bila Presiden hadir dalam KAI. “Demi menjaga kehormatan  Peradi dan  kehormatan anggota Peradi,   kami memprotes  keras apabila Presiden    hadir membuka kongres  tersebut,” ucapnya.

Nasib Peradi  mirip  dengan organisasi pendahulunya, Peradin (Persatuan Advokat Indonesia). Sekitar dua dekade lalu, Peradin  pecah karena konflik di antara  para pengurusnya, yang  mencapai kulminasi pada pelaksanaan Munas yang panas, dan  diwarnai baku hantam. Akibatnya,  sebagian advokat  mendirikan AAI, dan  yang lainnya bergabung  dalam Ikadin. 

Sejarah nampaknya kembali berulang. Organisasi apa lagi yang akan dilahirkan oleh KAI?  

Doa untuk Saudara yang Sakit

Ketika terakhir bertemu di Bandung dua bulan lalu,  tubuhnya   terlihat masih normal. Tak ada tanda-tanda  penurunan bobot, meskipun sakitnya cukup parah: kanker paru-paru.  Perubahan hanya  terlihat  di wajahnya  yang berbintik-bintik seperti jerawat. Rupanya itu  efek dari obat-obatan dan terapi sinar.

Ternyata kini  kesehatannya  merosot drastis. Itu saya ketahui dari sms yang dikirim  adik saya  di Bandung.

“Tolong doanya utk bang xxxx. Kalau ada waktu ditengok  ke bandung krn fisiknya  sdh kurus sekali & kalo malam  mengeluh sakit2 & muntah2.” 

Membaca  sms tersebut  membuat saya prihatin karena membayangkan  dia harus menahan rasa sakit.  Apalagi sudah banyak contoh  penderita  yang meninggal karena  penyakit yang sama.

Akhir pekan ini saya berencana menengoknya. Secara  materiil, dia jauh lebih mampu. Jadi saya hanya bisa  memberi dorongan moril.

Sebuah  doa selalu saya panjatkan,  “Ya Allah, ringankanlah  penderitaannya, panjangkan umurnya, dan berilah  kesembuhan  atas sakit yang ia derita.”

Aksi Umat Tolak Kenaikan BBM

Ketika tengah melintas di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, saya melihat sebuah mobil bak terbuka yang  memuat  perangkat  pengeras suara dan beberapa bendera,  tengah  berhenti di depan sebuah restoran cepat saji. “Hm, mau ada demo,” gumam saya dalam hati.

Ternyata tidak.  Mobil itu  rupanya tengah  berkeliling membagikan brosur ajakan untuk menghadiri “Aksi Umat Tolak Kenaikan BBM”.  Aksi yang digagas  Hizbut Tahrir Indonesia  akan  diadakan Ahad (1/6) jam 13.00 WIB – selesai di depan  Istana Negara, Jakarta.

 Ini brosurnya:

Minta Pendapat

Seorang teman kirim sms, minta pendapat  berkaitan dengan situs   berita yang dia dirikan.

“Rud, gw bikin  situs berita.  Launching 2 Juni. Tapi dah bisa   diliat. Lo kasih  pendapat ya.  Alamatnya: http://www.m……x.com,” bunyi pesan tersebut.

Setelah buka komputer, saya browsing ke situs  yang menampilkan berita-berita seputar mobile, entertainment, dan elektronik, tersebut. Masih banyak yang perlu dibenahi sebelum  launching.

Melalui sms, saya sarankan ke teman tersebut agar  pembaca diberi kesempatan untuk berkomentar. Khusus  untuk entertainment,  saya  ingatkan dia untuk tidak latah  menjual gosip, tapi  memberitakan interaksi antara  selebritis  dengan  dunia mobile dan elektronik.

Tak lama kemudian datang lagi sms balasan. “Yoi choi. Di bwh  indeks, dah disiapin  rubrik ‘selebtronik’. Komen pembaca  hrs sbar, krn gw msh perlu   sponsor  buat beli server  yang lebih gede he…..3x.”

Ok, kawan. Selamat berjuang,  semoga situsnya  sukses.  

Terkaya di Asia Tenggara

Di saat rakyat miskin antre  untuk mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT),    seorang warga negara Indonesia  dikukuhkan sebagai  orang terkaya  di Asia Tenggara versi majalah Globe Asia.

Dengan jumlah kekayaan US$ 9,2 miliar, Menko Kesra Aburizal  Bakrie menempati peringkat pertama  orang terkaya  di  Asia Tenggara, mengungguli  sejumlah konglomerat  top  seperti   Robert Kuok, Ananda Krishnan, dan  Ng Teng    Fong.

Di dalam negeri, Ical – panggilan akrab Aburizal Bakrie –  menyisihkan sejumlah pesaing,  seperti  Budi Hartono (Djarum),  Eka Tjipta Widjaja (Sinar Mas),  Sudono Salim (Salim Group),   Putera Sampoerna (Sampoerna Capital),   dan Rachman  Halim (Gudang Garam).

Dalam laporan  Globe   Asia  edisi Juni 2008, kekayaan Ical    meningkat sembilan  kali lipat  dari data kekayaan   akhir 2007   sekitar US$ 1,05 miliar.  Sebelumnya,   Ical menempati urutan   ke delapan  versi Globe Asia

Publisher  Globe Asia   Tanri Abeng menyatakan,    kekayaan Ical   mengalami kenaikan tinggi  karena lini bisnis   yang dirambah Grup  Bakrie   adalah komoditas  yang harganya di dunia  terus mengalami lonjakan.

“Selain harga  komoditas  yang melonjak, karena taktik bisnis  yang sangat   baik.  Misalkan, dia  menjual sedikit aset,   lalu pinjam   uang,  kemudian  bisa menghasilkan   jauh lebih banyak  dari bunga  yang  harus bayar. Itu yang membuat asetnya  meningkat pesat,” kata Tanri, seperti dikutip Bisnis Indonesia, Selasa (27/5).  1

Dengan predikat  orang terkaya di Asia Tenggara dan Indonesia, nama Aburizal Bakrie akan makin diperhitungkan di pentas bisnis dan politik Indonesia.

Siapa  saja  calon presiden yang akan berlaga dalam pemilihan presiden  tahun depan perlu memperhitungkan nama besar Ical untuk  digandeng, entah  sebagai calon wakil presiden atau pada   jabatan strategis lainnya.

 Atau  dia sendiri akan maju sebagai calon presiden?

Apel Akbar 1 Juni 2008

Sebuah  iklan yang dimuat di beberapa koran edisi  Senin (26/5) membuat ingatan melayang ke masa kuliah dulu. Itu karena iklan tersebut mengajak  masyarakat menghadiri “Apel Akbar” di Lapangan Monas,  1 Juni 2008, jam 13.00 – 16.00.

Kosa kata  “Apel Akbar” itu yang membuat saya teringat  masa kuliah dulu.  Biasanya  seruan  tersebut  ditulis  di  spanduk atau poster yang  dipasang di seantero kampus.  Arena apel biasanya diadakan di lapangan basket.

Kembali ke iklan “Apel Akbar”,  iklan tersebut  dibuat oleh   kelompok yang menamakan dirinya “Aliansi  Kebangsaan  untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan”.  Ada puluhan nama yang tergabung dalam aliansi tersebut. Antara lain,  Rahman Tolleng, Adnan Buyung Nasution, Amien Rais,  Anand Krishna, Arief Budiman, Asmara Nababan, Azyumardi Azra,  Christanto Wibisono,  Goenawan Mohamad, dan  Gusti Ratu Hemas.

Ada pula nama beberapa kiai,  seperti    KH Abdud Tawwab, KH Abdul A’la,  KH Abdul  Muhaiminan,  KH  Abdurrahman Wahid,   KH Husein Muhammad,    dan KH  Mustofa Bisri.

Puluhan nama tersebut  datang dari beragam latar belakang, mulai dari ulama,   akademisi, aktivis LSM,   pengacara, seniman,  politikus,  dan wartawan.  Corak ideologinya juga  berwarna-warni alias pelangi.

Iklan itu     berjudul “Mari Pertahankan Indonesia Kita!” Materi iklannya mempermasalahkan  adanya sekelompok orang  yang  hendak menghapuskan   hak asasi warga negara untuk bebas beragama, yang dianggap  aliansi tersebut  mengancam ke-bhineka-an.

Aliansi  Kebangsaan juga menuding kelompok tersebut  menyebarkan kebencian dan  ketakutan di masyarakat.

“Bahkan  mereka menggunakan kekerasan, seperti  yang terjadi  terhadap penganut Ahmadiyah yang sejak 1925  hidup di Indonesia dan berdampingan dengan damai  dengan umat lain. Pada akhirnya mereka  akan memaksakan rencana mereka  untuk mengubah    dasar negara Indonesia, Pancasila,  mengabaikan konstitusi, dan menghancurkan  sendi kebersamaan kita,” demkian bunyi iklan tersebut.  

Mengingat  materi iklannya yang cukup tajam dan keras,  iklan ini pasti mengudang reaksi dari kelompok masyarakat yang dituding mau  menghapus hak asasi  kebebasan beragama, bahkan mau mengganti Pancasila tersebut.  

Bukan cuma  kelompok tersebut yang akan bereaksi, mereka yang namanya tercantum dalam  iklan tersebut pasti ada satu dua yang juga bereaksi. Biasanya mereka protes namanya  dicantumkan tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Seperti apa  bentuk  reaksi tersebut? Kita tunggu saja  perang komentar di media massa mulai Selasa (27/5).

Iklan Cari Simpati Masyarakat

Iklannya sudah tayang di tv sejak  harga BBM belum dinaikkan. Hingga kini iklan itu masih terus ditayangkan. Entah berapa dana yang dikeluarkan pemerintah untuk membuat iklan itu.

Yang jadi “bintang iklan” para pejabat tinggi, seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perdagangan Mari Pangestu,  Menko Kesra Aburizal Bakrie, dan Juru Bicara Presiden Andi Malarangeng.  

Mereka mencoba  berkomunikasi dan meminta   masyarakat  memaklumi  kenaikan harga BBM. Pakar komunikasi Effendi Gazali menilai, pesan yang disampaikan  tak jelas. Sebab komunikasi  politik tak  bisa mendadak   dengan iklan  seperti itu.

“Itu iklan  paling konyol  yang pernah saya lihat. Sama sekali tidak  jelas tujuannya. Lebih jelas iklan  jamu,” kata Effendi, seperti dikutip Kontan, Senin (26/5).

Lain di tv, lain pula  iklan di koran.  Setelah   iklan WIranto yang mengkritik kebijakan menaikkan harga BBM,   kini  ada iklan tandingan yang dibuat oleh “Masyarakat Citra” (Cinta Tanah Air & Rakyat), seperti  dimuat  Republika, Senin (26/5).

Iklan itu berjudul    “Bangkitlah  Wahai Bangsaku”.   Dalam iklan setengah halaman  dengan latar belakang  laut di kala  senja itu,   tertera kata-kata sebagai berikut. “Ini bukan soal janji tetapi ini soal  kesejahteraan  bagi rakyat  kecil di republik ini. Untuk mampu memahami kondisi global dan kondisi nasional  perlu tindakan yang tepat.

Memang kritik merupakan hak, tetapi   bersama-sama  mencari solusi  untuk membangun bangsa itu lebih utama buat  menenteramkan  rakyat agar tidak   terbakar emosinya,  menempatkan  kepentingan bangsa   di atas urusan sekedar cari popularitas belaka,   menjaga kohesi nasional agar  tidak    terjadi disintegrasi bangsa.”

Dari materinya,  terlihat bahwa  iklan tersebut  merupakan bantahan bahwa  penguasa pernah  membuat “janji”, seperti yang dipersoalkan di iklan Wiranto.

Seperti iklan Wiranto, iklan ini juga menyinggung  soal kesejahteraan rakyat kecil. Lagi-lagi    nasib rakyat kecil  jadi komoditas politik.   

Sementara di bagian bawah tertulis dengan huruf cetak tebal: “Rasional demi masa depan Bangsa Indonesia yang lebih baik!”

Siapa yang rasional dan tidak rasional? Biarkan  rakyat  yang menilainya!

Terapi Refleksi Rendam

Usai jumatan di Masjid Al Muhajirin, Tebet, Jakarta Selatan,    para jemaah  bergerombol   menyaksikan sesuatu. “Pasti tukang obat,” kata saya dalam hati.

Ternyata benar.  Ada tukang obat  menawarkan obat tradisional  yang bisa  dipakai  untuk refleksi rendam. Untuk meyakinkan  calon pembeli,  tukang obat tersebut   menyediakan dua  buah baskom  berisi    ramuan   obat  dan bongkahan es batu.  Pengunjung yang penasaran dipersilakan  mencoba.  

“Habis direndam, kaki terasa  enteng  dan  ringan dibawa ke mana-mana,” katanya berpromosi.

Sebagai bagian dari marketing, tukang obat itu  membuat  brosur, dan dibagi-bagikan kepada pengunjung. Isinya  tentang  khasiat obat, serta  aturan pakainya.