Nikah di Bui Nusakambangan

Amrozi kembali bikin berita.  Meski  dibui dan menanti   hukuman mati, dia berencana menikah. Bukan poligami, tapi rujuk kembali dengan mantan istrinya yang bernama Rahma.

Mengutip  Kepala Divisi Pemasyarakatan  Kanwil  Depkum HAM   Jawa Tengah, Bambang  Winahyo,  Detik.com,  Rabu (30/4), melaporkan,  Amrozi bisa   kembali menikah  lagi, asal sudah   mengantungi  izin dari   Kejaksaan Agung.   Sebab  status  Amrozi saat ini masih    terpidana  yang belum dieksekusi Kejaksaan Agung.

Hak  narapidana untuk menikah diatur    dalam PP  No 32/1999 tentang  Syarat dan   Tata Cara   Pelaksanaan   Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Bila  izin  Kejaksaan Agung keluar,  akad nikah  terpidana kasus Bom Bali itu akan  dilangsungkan  10 Mei mendatang di LP Batu, Nusakambangan, Cilacap,  Jawa Tengah.

Persoalannya, bagaimana dengan malam pertamanya?  Ternyata  pihak LP  tidak  mungkin menyediakan  ruangan   khusus bagi Amrozi untuk memberi nafkah  batin terhadap istrinya. “Nggak bisa begitu.  Kalau semua seperti itu,  nanti yang  lain juga minta seperti itu,” kata  Humas Ditjen  Pemasyarakatan  Akbar Hadi Prabowo.

Apa Amrozi tahu kalau  dia  tidak bisa  “menunaikan tugas”  setelah akad nikah?  Mungkin dia sudah tak peduli dengan hal itu.  Nampaknya, dia ingin menghadap Sang Pencipta  bukan dalam status  duda,  tetapi sebagai  seorang lelaki yang menikah.

Bila rencana nikah tersebut jadi terlaksana,   berarti pada 10 Mei nanti  akan ada dua duda top yang  melangsungkan pernikahan.  Selain Amrozi, Ketua MPR Hidayat Nurwahid juga   berencana menikah dengan dr Diana Abas Thalib di Jakarta.  

Selamat menempuh hidup baru!

Selamat Pagi di Siang Hari

Ketika berada di satu tempat di  Jakarta Pusat, saya menerima sms dari teman di Makasar.   “Ding…dong… Slamat  pagi. Gimana hr  ini, sehat2 aja, happy atau lg  tdk mood. Gimana cuaca di  jkt,  cerah, mendung,  hujan n lg ngapain skrg.”

Sepintas tidak ada yang salah dengan sms tersebut. Namun saya  senyum-senyum dan geleng-geleng kepala membacanya.  Sebab  si pengirim – entah terburu-buru atau kurang teliti –  mengawali sms-nya dengan selamat pagi. Sementara  sms tersebut saya terima jam 11.28 WIB.  Itu berarti dia mengirimnya  jam 12.28 WITA.  Sudah siang, bukan?

Bakar Masjid

Bakar sate, asyik. Bakar ayam,  enak.  Bakar ikan, mantap.  Bakar masjid?

Ucapkan istighfar  dan mohonkanlah ampun untuk mereka yang  – sengaja maupun tak sengaja – membakar masjid, seperti yang terjadi pada Masjid Al Furqon, milik Jemaah Ahmadiyah Indonesia di   Kampung  Parakan Salak RT 02/02 Kabupaten Sukabumi,  Jawa Barat, Senin (28/4) dinihari.

Alih-alih mau memerangi “ajaran sesat”, para pembakar itu  sendiri  sudah menjerumuskan diri melakukan “kesesatan” dengan membakar rumah Allah.  Bila  ajaran Ahmadiyah  dianggap sesat,  apakah masjidnya juga ikut-ikutan sesat?

Bukankah  Islam mengajarkan umatnya untuk tetap berlaku adil sekalipun terhadap  kelompok /golongan yang  dibenci?

Kasus  ini  menunjukkan bahwa imbauan para  pemuka agama untuk tidak melakukan aksi kekerasan terhadap Jemaah Ahmadiyah berikut aset-asetnya,  belum  dipatuhi  umat di tingkat akar rumput. 

Agar kasus serupa tak terulang kembali, para ulama harus turun langsung ke lapangan guna mengimbau  dan  mengingatkan umat untuk menjauhi aksi-aksi kekerasan  seperti itu.

Jangan biarkan energi umat terbuang percuma untuk  merusak dan  membakar.  Arahkan  energi dan potensi mereka untuk mengatasi problem yang lebih riil, seperti pengentasan kemiskinan dan kebodohan!

 

Qur’anic Power

Brosur ini diletakkan  di atas  kotak amal di Toko  Buku Walisongo, Kwitang,  Jakarta Pusat.  Siapa saja yang habis memasukkan uang ke kotak amal tersebut, matanya  akan tertuju pada beberapa brosur, salah satunya brosur  Qur’anic Power.

Semula  saya mengira   brosur itu tentang metode membaca Al Qur’an, seperti  metode Iqra. Ternyata bukan.  Dalam brosur tersebut dijelaskan  bahwa Qur’anic Power adalah konsep   yang  memungkinkan  orang yang mempelajarinya     bisa mengakses  berbagai database  manusia pada Al Qur’an. 

“Tanggal lahir  adalah  password   untuk membuka juz  seseorang  dan selanjutnya   untuk mengakses energi  diri Anda,” demikian kutipan  dari brosur tersebut.

Bila penasaran ingin tahu lebih jauh, baca saja    brosurnya, atau  bertanya langsung di konter Qur’anic Power di Toko Buku Walisongo, Kwitang.

Menemui Ajal di Spa

Setelah ritual jalan pagi hari ini,  saya mampir  di pasar  untuk beli kue buat sarapan.  Selesai urusan di pasar,  mampir ke tukang koran.  Ambil Kompas, lalu bayar Rp 3.000.  Mata  sempat  melirik  ke Warta Kota  dan tertarik pada sebuah berita  berjudul  “PNS Tewas di Panti Pijat”.  Dalam hati  bergumam, panti pijat mana yang makan korban?  Akhirnya Warta Kota juga dibeli.   Jadilah hari ini  saya pulang ke rumah membawa dua koran. 

Ternyata  tempat kejadian perkara (TKP)  di Delta Spa Grand Wijaya, yang belum lama ini  menjadi buah bibir karena  menjadi tempat rekonstruksi  kasus pemerasan oleh Jaksa Urip Tri Gunawan,  Rabu (23/4). Korban tewas  berinisial  RM,  seorang PNS di Kecamatan Kebayoran Baru.   

Korban menemui ajal  di spa tersebut pada Jumat (25/4) malam, atau dua hari setelah rekonstruksi  kasus  Jaksa Urip.   Diduga  korban  mengalami serangan jantung.  Tubuh korban  tiba-tiba tidak   bergerak  saat  sedang dipijat oleh  pemijat bernama  Sum, wanita  asal Karawang.

Kepala Unit Reskrim   Polsek Kebayoran Baru  Inspektur Satu   Dian Putra  membenarkan  ada salah satu  pengunjung Delta Spa  meninggal. “Saya belum  mendapatkan  hasil  visum, jadi  belum tahu penyebab tewasnya  korban,” katanya. 

Menurut Warta Kota,    Delta Spa  berusaha menutup-nutupi  kasus  tersebut.   Saat akan dikonfirmasi, seorang petugas keamanan  melarang wartawan   bertemu manajer Delta Spa.  Petugas tersebut, yang digambarkan bertubuh  tinggi besar berambut  pendek,   menyuruh wartawan  menanyakan kasus  tersebut ke Polsektro  Kebayoran Baru.

Terlepas dari  masalah ajal, yang bisa datang menjemput    di mana saja, kasus ini perlu menjadi perhatian para pengunjung spa yang memiliki riwayat penyakit  serius seperti  sakit jantung.   

Sebelum dipijat, korban RM  sempat  mandi uap di ruang sauna. Padahal  di luar ruang sauna, di spa mana pun, selalu terdapat  tulisan  yang  mengingatkan   pengunjung yang mengidap penyakit  jantung atau kelainan jantung untuk  tidak  masuk  ke ruang sauna.  

Suhu panas di ruang sauna memang  cocok untuk mereka  yang mau menurunkan berat badan karena  bisa  membuat tubuh bermandi peluh. Tapi  tidak    bagi yang  punya sakit jantung karena bisa membuat  sesak nafas.   

Kasus ini juga perlu menjadi perhatian  pengelola spa untuk lebih serius   dalam memperhatikan kesehatan pengunjungnya. Idealnya  ada tenaga kesehatan yang mengawasi  pengunjung yang  menggunakan  fasilitas seperti  fitness,  steam, dan sauna. 

Bila perlu, sediakan fasilitas cek kesehatan  gratis, seperti periksa tekanan darah dan denyut  jantung, sebelum atau  sesudah pengunjung  menggunakan fasilitas tersebut. Manfaatnya  terasa  bila  ada pengunjung yang mengeluh  kurang enak badan. Dikira   masuk angin biasa, padahal  gejala serangan jantung.

Kasus  pengunjung yang tewas saat  dipijat memang tidak banyak. Tapi  itu bisa merepotkan  pengelola spa dalam menjaga citra dan kredibilitas.  Sudah saatnya  pengelola spa  peduli terhadap kesehatan pengunjungnya. Jangan hanya bisa  menangguk fulus dari kocek tamu, tapi abai terhadap  kesehatan  mereka.       

Ruang 1630

Ruangan ini terletak di  lantai 16  Gedung Nusantara I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Itu adalah ruang kerja  Anggota DPR dari Fraksi PPP, Al Amin Nur Nasution, yang ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan suap  alih fungsi hutan lindung di Bintan.  

Ruangan tersebut  menjadi buah bibir pekan ini  karena  telah memantik perseteruan antara  KPK  dan  DPR. Petugas  KPK yang akan menggeledah ruangan tersebut tidak mendapat izin  dari pimpinan DPR. Alasannya,   “Segala  kepentingan   terhadap lembaga ini perlu memperhatikan    etika  dan prosedur  hukum. Ini tidak berarti   DPR menghalang-halangi  tindakan hukum,” kata Irsyad Sudiro,  Ketua Badan Kehormatan DPR, seperti dikutip Pikiran Rakyat, Jumat (25/4).  

DPR, Irsyad menambahkan, perlu   dijaga martabatnya    sebagai lembaga   terhormat yang punya fungsi kerja-kerja strategis. DPR bahkan akan membahas masalah penggeledahan itu  dalam rapat dengar  pendapat dengan KPK.

Argumen itu  terasa berlebihan, dan terkesan  DPR menolak  diperiksa oleh KPK. Sebab,  sebelumnya  KPK sudah pernah memeriksa  ruangan-ruangan di   Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung,  dan   Mahkamah Yudisial.  Dan mereka   dipersilakan  melakukan pemeriksaan, tanpa mendapat reaksi  penolakan berlebihan seperti  yang ditunjukkan DPR.

Setelah ditolak DPR, bagaimana kelanjutan rencana penggeledahan itu? KPK tetap akan melanjutkannya, bahkan  yang akan digeledah bukan cuma ruang 1630,  tapi juga  enam ruangan lainnya.

“Kami tetap    berpegang   pada hukum,  meski nuansa politiknya kuat,”  kata Wakil  Ketua  Bidang Penindakan KPK Bibit  Samad  Rianto, kepada Koran Tempo.

Yang menjadi pertanyaan,  ruangan siapa saja,  selain ruang 1630,   yang akan digeledah KPK? Akankah ada tersangka baru?  Beranikah KPK  melanjutkan penggeledahan itu?

 Kita tunggu aksi KPK selanjutnya!

 

Tawaran Pinjaman di Lampu Merah

Saya menerima  brosur ini ketika tengah berhenti  di  lampu  merah  perempatan Jl Kebon Sirih-Jl Agus Salim, Jakarta Pusat, Kamis (24/4).  Sejujurnya,  saya  tak tertarik dengan tawaran pinjaman itu karena tak mau berhutang. Tapi tak baik bila  ditampik begitu saja.  Brosur itu saya terima dan masuk kantung.  Lagi pula kita harus menghargai  jerih payah orang yang membagikannya.

Yang  menarik perhatian saya adalah  pemberi brosur tersebut.   Brosur itu dibagi-bagikan oleh  dua remaja putri dan seorang bocah laki-laki usia  sekolah dasar.  Apakah tidak melanggar hukum mempekerjakan anak  usia  sekolah dasar?  

Delta Spa

Spa satu ini  ada di beberapa  kota besar seperti  Jakarta, Bandung,  dan Surabaya. Di Delta Spa,  pengunjung bisa menikmati bermacam fasilitas, mulai dari  sauna, fitness,  whirlpool, kafe,  pijat, dan lulur.  Layanan pijatnya juga  cukup beragam, seperti pijat tradisional,    shiatsu,  hingga  hot stone, yang menggunakan batu panas.

Di Jakarta sendiri  Delta Spa memiliki beberapa cabang yang tersebar di  sejumlah tempat, antara lain Gunung Sahari,  Gatot Subroto,  Pondok Indah, Taman Palem,   Kebon Jeruk, dan Grand Wijaya.

Nah,  Delta Spa  yang ada di Grand Wijaya ini yang  menjadi buah bibir, Rabu  lalu.  Bukan  karena  dirazia  atas  tuduhan  penyebaran narkoba atau prostitusi terselubung, tapi karena  menjadi tempat rekonstruksi  kasus pemerasan yang dilakukan Jaksa Urip Tri Gunawan terhadap Glenn Jusuf, mantan Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi sudah menetapkan Urip  sebagai  tersangka  dalam kasus dugaan suap oleh Arthalita Suryani.

Dalam rekonstruksi    di Delta  Spa, diperlihatkan Urip  bertemu  dengan seorang saksi   yang datang    dengan mengendarai mobil   Suzuki Grand Vitara.  Saksi itu  kemudian mengambil   sebuah bungkusan   berupa kantong  kertas  dari bagian belakang   kendaraan itu.

Bungkusan tersebut kemudian   dimasukkan  kembali ke bangku   baris kedua  kendaraan  itu. Setelah itu, Urip  yang diperankan orang lain  bersama dengan   saksi masuk  ke  mobil itu  dan  pergi ke Blok G di kompleks pertokoan Grand Wijaya.  Di salah satu  tempat parkir    di blok tersebut,   Urip memarkir   kendaraannya.  Delta Spa sendiri terletak di Blok A.

Menurut    Reno Iskandarsyah, pengacara  Glenn Jusuf yang juga menjadi salah satu saksi dalam rekonstruksi itu,    uang yang diserahkan kepada  Urip  sebesar lebih kurang Rp 890 juta. Uang itu diberikan atas   permintaan jaksa  tersebut. “Meras dia,” kata Reno seperti  dikutip Kompas,  Kamis (24/4).

Urip Tri Gunawan sendiri tidak terlibat dalam rekonstruksi tersebut.  Kabarnya, dia menolak  mengikutinya  karena  menganggap tidak ada hubungannya dengan kasus yang dituduhkan KPK kepadanya.

Setelah membaca  berita tentang  rekonstruksi itu,  saya  jadi teringat pada Delta Spa  dan pengunjungnya. Ternyata, di antara para pengunjung tersebut ada pula aparat penegak hukum  yang  mau  mengendurkan urat saraf yang tegang setelah  menangani perkara di pengadilan. Di  spa itu pula  dia   menerima “uang haram”  hasil pemerasan.  Rupanya, hotel, restoran   dan rumah sudah tidak  lagi menjadi tempat favorit untuk “bertransaksi”.

Kirab Api Olimpiade

Melihat  tayangan tv    tentang  kirab  api Olimpiade  Beijing 2008 di Senayan, ada rasa bangga sekaligus  prihatin. Bangga  karena  Indonesia menjadi salah satu negara yang disinggahi  api Olimpiade.  Prihatin  karena masyarakat  tak diberi kesempatan menyaksikan  langsung  kirab tersebut. Hanya  undangan, yang bisa menunjukkan tanda pengenal, yang boleh  masuk Komplek Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, tempat kirab berlangsung.

Dari   tayangan tv terlihat   bahwa  api Olimpiade  dibawa berlari mengelilingi Stadion Utama GBK sebanyak 6 putaran.  Persis  seperti jogging mengitari  stadion, tapi   dengan obor di tangan.   Obor itu  diusung sekitar 80 pelari selama 3 jam, dan    disaksikan  5.000 orang yang  diundang atau diperbolehkan menyaksikan langsung kejadian langka itu. 

Sayang,  peristiwa langka itu tak bisa disaksikan langsung oleh masyarakat.   Karena alasan keamanan,  kirab hanya dilakukan di Senayan.  Entah  kapan api Olimpiade  mampir kembali ke Indonesia?

  

Bisik-bisik

Saya sering tertidur  di depan tv.  Kala terbangun  dinihari atau menjelang subuh, tv masih  menyala.  Sebelum pindah ke kamar, saya masih suka  mencet-mencet remote untuk melihat  acara tv yang menarik. 

Dari  beberapa  acara tv  yang tayang dinihari,  ada  satu kuis yang sering  saya  lihat. Bukan karena  mau kirim sms atau tergiur    hadiahnya, tapi karena     presenternya   cantik dan kelakuannya makin malam makin cuek. 

Kuis  yang saya maksud adalah  Bisik-Bisik, yang  tayang  di TPI  jam 1.30 sampai  4.00 WIB. Kuis  yang dipandu Yeyen Lidya ini  pertanyaannya  tidak terlalu susah, dan  sering berhubungan dengan dunia hiburan. 

Salah satu pertanyaan untuk episode Selasa (22/4), misalnya, adalah  siapa penyanyi lagu  Mencintaimu. Ada dua jawaban yang diberikan: a. Titi DJ, b. Krisdayanti. Penggemar musik pop pasti sudah tahu jawabannya. 

Entah  karena  minimnya  pengirim sms,  jam tayang  sudah mau habis,  atau  karena  produsernya lagi berbaik hati-hati, tiba-tiba ada “kebijaksanaan” untuk membuang jawaban  yang salah.  Maka  jawabannya  tinggal Krisdayanti.          Siapa pun yang menjawab  tak perlu susah-susah mikir  karena jawabannya pasti benar dan mendapat hadiah sebuah hp seharga Rp 4 juta.

Di lain waktu  saya pernah menyaksikan  cueknya  Yeyen Lidya dalam memandu kuis tersebut. Dengan alasan suhu  di studio yang dingin,  dengan santai  dia membuka  tas, mengambil  botol minyak kayu putih, lalu  mengoleskannya  ke tangan dan kaki. “Di sini dingin banget, pemirsa,” katanya santai.    

Kelakuan seperti itu  jangan harap bisa  ditemui  di acara kuis yang tayang   pada siang atau malam hari. Apalagi  pada prime time.  Nampaknya, cuma kuis dinihari yang  memberi “kebebasan berekspresi”  seperti itu kepada  presenternya.