Kalau belum jadi milik
tak perlu risau dan panik
terus berbuat yang terbaik
nanti akan dapat apresiasi publik
Kalau belum jadi milik
tak perlu risau dan panik
terus berbuat yang terbaik
nanti akan dapat apresiasi publik
Maju ke depan pasang badan
demi solidaritas setia kawan
benar salah urusan belakangan
siapa mengganggu diberi pelajaran
Jangan biarkan paku terserak di jalan
nanti kaki jadi korban
ban pun kempes mengenaskan
karena ulah manusia gatal tangan
Jago kandang cuma pecundang
hanya berani di kandang
tak bernyali saat tandang
bertemu musuh lari tunggang langgang
Siapa mengundang akan diundang
tamu datang hati senang
bersilaturrahmi umur pun panjang
tak merugi tak berutang
Korupsi bikin rakyat sengsara
seret pelakunya ke penjara
selamatkan uang negara
tegakkan hukum tak peduli saudara
Tabuh gendang tiup suling
musik mengalun dengan indah.
Mau nikah nggak perlu pusing
niat ibadah pasti dipermudah.
Si Nunun ngumpet di Kamboja
Nazarudin kabur ke Singapura.
Penegak hukum jangan bengong saja
jebloskan koruptor ke penjara.
Judul buku: Sahabat-Sahabat Cilik Rasulullah
Penulis: Dr Nizar Abazhah
Penerbit: Zaman, 2011
Tebal: 220 halaman
Rasulullah SAW adalah insan kamil. Dia adalah rakhmat bagi alam semesta. Bukan hanya untuk manusia, tapi untuk seluruh makhluk.
Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga menghormatinya. Sebaliknya, dia pun menyayangi mereka.
Sejarah membuktikan, para sahabat yang dia asuh sejak belia kelak menjadi tokoh-tokoh besar. Ali bin Abi Thalib, misalnya. Sejak balita dia sudah tinggal di rumah tangga Rasulullah, dan dididik langsung oleh manusia mulia itu.
Ali merupakan pemuda pertama yang masuk Islam, dan menjadi kepercayaan Rasulullah. Dia adalah contoh nyata kader yang dibina Rasulullah sejak belia hingga Rasulullah wafat.
Sahabat lain yang dididik Rasulullah sejak belia adalah Zaid bin Haritshah. Dia adalah anak angkat, yang mengabdi pada keluarga Rasulullah sejak kecil. Saking sayangnya pada Zaid, Nabi pernah bersabda bahwa “Zaid adalah anakku. Dia dapat mewariskan dan mewarisi.”
Zaid dijuluki pula sebagai Hibb Rasulullah, atau kecintaan Rasulullah.
Buku ini berisikan kisah anak-anak yang hidup dan melihat langsung Rasulullah, yang dihimpun dari berbagai buku sejarah Nabi dan kitab-kitab hadis.
Penulisnya, Nizar Abazhah, menggambarkan secara sempurna bagaimana seharusnya seorang ayah bergaul dan memperlakukan anak-anaknya supaya kelak mereka menjadi pribadi-pribadi saleh di tengah masyarakat, sebagaimana anak-anak masa Nabi dulu menjadi pribadi mulia dan alim setelah mereka dewasa. (hal 12)
Orang tua yang ingin mendidik anak dengan hati yang lembut dan penuh kasih sayang perlu meniru teladan Rasulullah. Beliau tak pernah marah dan selalu ramah kepada anak-anak.
Sekali waktu saat sedang bercengkerama dengan cucu-cucunya, Hasan dan Husein, Nabi didatangi pemimpin Bani Tamim bernama Aqra’ ibn Habis, yang nampak heran melihat keakraban Nabi dengan anak-anak. Rupanya dia tak terlalu dekat dengan anak-anaknya.
Melihat keheranan Aqra’ , Nabi mengingatkan, “Siapa yang tak menyayangi, dia tak akan disayangi.”
Ungkapan itu tetap relevan hingga kini. Rasa sayang kita kepada siapa saja, akan berbuah rasa sayang pula kepada diri kita sendiri.
Jadi, orang tua dan guru yang mendidik dengan penuh kasih sayang, akan disayangi pula oleh anak dan siswanya.