Setelah ritual jalan pagi hari ini, saya mampir di pasar untuk beli kue buat sarapan. Selesai urusan di pasar, mampir ke tukang koran. Ambil Kompas, lalu bayar Rp 3.000. Mata sempat melirik ke Warta Kota dan tertarik pada sebuah berita berjudul “PNS Tewas di Panti Pijat”. Dalam hati bergumam, panti pijat mana yang makan korban? Akhirnya Warta Kota juga dibeli. Jadilah hari ini saya pulang ke rumah membawa dua koran.
Ternyata tempat kejadian perkara (TKP) di Delta Spa Grand Wijaya, yang belum lama ini menjadi buah bibir karena menjadi tempat rekonstruksi kasus pemerasan oleh Jaksa Urip Tri Gunawan, Rabu (23/4). Korban tewas berinisial RM, seorang PNS di Kecamatan Kebayoran Baru.
Korban menemui ajal di spa tersebut pada Jumat (25/4) malam, atau dua hari setelah rekonstruksi kasus Jaksa Urip. Diduga korban mengalami serangan jantung. Tubuh korban tiba-tiba tidak bergerak saat sedang dipijat oleh pemijat bernama Sum, wanita asal Karawang.
Kepala Unit Reskrim Polsek Kebayoran Baru Inspektur Satu Dian Putra membenarkan ada salah satu pengunjung Delta Spa meninggal. “Saya belum mendapatkan hasil visum, jadi belum tahu penyebab tewasnya korban,” katanya.
Menurut Warta Kota, Delta Spa berusaha menutup-nutupi kasus tersebut. Saat akan dikonfirmasi, seorang petugas keamanan melarang wartawan bertemu manajer Delta Spa. Petugas tersebut, yang digambarkan bertubuh tinggi besar berambut pendek, menyuruh wartawan menanyakan kasus tersebut ke Polsektro Kebayoran Baru.
Terlepas dari masalah ajal, yang bisa datang menjemput di mana saja, kasus ini perlu menjadi perhatian para pengunjung spa yang memiliki riwayat penyakit serius seperti sakit jantung.
Sebelum dipijat, korban RM sempat mandi uap di ruang sauna. Padahal di luar ruang sauna, di spa mana pun, selalu terdapat tulisan yang mengingatkan pengunjung yang mengidap penyakit jantung atau kelainan jantung untuk tidak masuk ke ruang sauna.
Suhu panas di ruang sauna memang cocok untuk mereka yang mau menurunkan berat badan karena bisa membuat tubuh bermandi peluh. Tapi tidak bagi yang punya sakit jantung karena bisa membuat sesak nafas.
Kasus ini juga perlu menjadi perhatian pengelola spa untuk lebih serius dalam memperhatikan kesehatan pengunjungnya. Idealnya ada tenaga kesehatan yang mengawasi pengunjung yang menggunakan fasilitas seperti fitness, steam, dan sauna.
Bila perlu, sediakan fasilitas cek kesehatan gratis, seperti periksa tekanan darah dan denyut jantung, sebelum atau sesudah pengunjung menggunakan fasilitas tersebut. Manfaatnya terasa bila ada pengunjung yang mengeluh kurang enak badan. Dikira masuk angin biasa, padahal gejala serangan jantung.
Kasus pengunjung yang tewas saat dipijat memang tidak banyak. Tapi itu bisa merepotkan pengelola spa dalam menjaga citra dan kredibilitas. Sudah saatnya pengelola spa peduli terhadap kesehatan pengunjungnya. Jangan hanya bisa menangguk fulus dari kocek tamu, tapi abai terhadap kesehatan mereka.