Malam Tahun Baru

Saya nggak pernah ambil pusing dengan yang namanya Malam Tahun Baru. Dirayakan atau tidak, sama saja. Apalagi keluarga kami tidak punya tradisi hura-hura merayakan pergantian tahun. Lagi pula 31 Desember adalah ulang tahun ibunda. Kami sekeluarga selalu berkumpul untuk merayakan ulang tahun ibunda di Malam Tahun Baru. Acaranya sederhana saja. Berdoa untuk kesehatan ibunda, makan-makan, dan tiup lilin. Kalau pas tidak bisa hadir, anak-anaknya pasti menelepon untuk mengucapkan selamat ulang tahun.

Beberapa tahun terakhir ini ada pula masyarakat yang merayakan pergantian tahun dengan berzikir dan berdoa. Acaranya religius, dan jauh dari hura-hura yang memboroskan kantong. Sementara tempat-tempat hiburan dan hotel berbintang merayakannya dengan penuh gebyar. Tiketnya dibandrol setinggi-tingginya. Ada pula yang mendatangkan artis dari luar negeri.

Di pusat-pusat keramaian seperti Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, dan Monas, digelar panggung hiburan rakyat. Acaranya murah meriah. Rakyat dihibur dengan dendang dangdut. Dan tepat pada pukul 24.00, ditiuplah terompet sekeras-kerasnya. Di tempat-tempat seperti ini rakyat kecil menghibur diri.

Bagaimana dengan Malam Tahun Baru 2008? Tempat-tempat hiburan dan hotel berbintang sudah merancang acara sejak jauh hari. Begitu pula dengan  pusat-pusat keramaian. Acara sudah disusun, bahkan ada yang akan disiarkan langsung oleh tv.

Di saat panen bencana di pengujung tahun seperti sekarang, apakah acara pergantian tahun, baik di tempat hiburan, hotel berbintang, maupun yang gratisan, akan tetap semarak?

Seyogianya masyarakat menahan diri untuk tidak menghamburkan uang dan tenaga untuk hura-hura di saat banyak saudara kita yang menderita akibat bencana alam. Lebih arif bila dana untuk hura-hura itu disumbangkan untuk meringankan beban para korban. Tapi masyarakat perlu keteladanan. Kalau ada petinggi yang mengimbau, mungkin mereka mau mengikutinya.

Sayangnya, sampai sekarang imbauan itu tidak ada. Entah karena para petinggi sibuk semua. Atau mereka sudah tidak peka lagi dengan yang namanya keprihatinan? Wallahua’lam.